Suara Hati Yuliany Menggetarkan Forum Kaderisasi PSI: “Diam Adalah Bentuk Kontribusi Pada Ketidakadilan”

Daftar Isi

RNN.com
Jakarta, 17 Mei 2025 – Dalam forum kaderisasi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang digelar di Jl. KH Wahid Hasyim No. 8, Jakarta Pusat, Sabtu (17/5), suara hati seorang peserta bernama Yuliany menggema dan menggetarkan ruangan. Berasal dari latar belakang perantau biasa di ibu kota, Yuliany menyampaikan harapan serta tekadnya untuk turut serta dalam mengubah Indonesia melalui keberanian menyuarakan ketidakadilan.

“Menurutku, bagaimana saya sebagai anak muda ikut menyuarakan hal-hal yang tidak benar dan tidak adil, itulah bentuk kontribusi nyata,” ujar Yuliany di hadapan peserta forum.

Dalam pengakuannya, Yuliany mengungkapkan bahwa dirinya sempat merasa kecil dan tidak memiliki kekuatan untuk bersuara. Ia bahkan pernah berpikir bahwa usahanya akan sia-sia karena bukan siapa-siapa.

“Dulu saya berpikir, buat apa berkoar-koar? Pasti tidak didengar. Saya bukan siapa-siapa, hanya orang biasa yang merantau ke Jakarta,” ujarnya.

Namun, pengalaman hidup serta keprihatinannya terhadap ketidakadilan yang ia saksikan, khususnya di ranah hukum, mendorongnya untuk mulai bersuara, meski sempat diliputi rasa takut akan ancaman Undang-Undang ITE.

“Yang bisa dilakukan hanya memviralkan, itu pun dengan cemas, takut dituntut UU ITE,” tambahnya.

Titik balik terjadi saat sesi inspiratif bersama Bro Kevin Wu, yang mengutip pesan dari Jenderal Sudirman: “Jika orang baik diam, maka orang jahat akan menguasai.” Kutipan tersebut menjadi pemantik kesadaran bagi Yuliany bahwa sikap diam juga bisa menjadi bentuk kontribusi terhadap situasi yang buruk.

“Ternyata kondisi yang terjadi ini ada kontribusi saya juga—yaitu diam, tidak bersuara, apatis,” ungkapnya.

Sejak saat itu, semangat yang sempat padam dalam dirinya seakan kembali menyala. Ia menyebutnya sebagai momen di mana semangat kritis yang dulu dimiliki mahasiswa kembali “switch on”.

Di akhir sesi, Yuliany menyampaikan harapan bahwa dirinya bersama para kader PSI lainnya bisa menjadi bagian dari perubahan besar yang berawal dari keberanian kecil untuk bersuara.

“Aku juga ingin berkontribusi—mungkin tidak besar, mungkin hanya percikan kecil. Tapi bahkan percikan kecil, jika dibagikan, bisa menyalakan api yang mengubah dunia,” pungkasnya.

Kisah Yuliany menjadi pengingat bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari satu keberanian kecil—keberanian untuk berhenti diam.(Supriyadi)

Tak-berjudul81-20250220065525
dr-H-Syarif-Hidayatulloh-Sp-B-FICS-AIFO-K-DIRUT-RSUD-LOMBOK-TIMUR-20250219-201701-0000-1