Refleksi 27 Tahun Reformasi 1998: Aktivis 98 Soroti Komitmen Pemerintahan dan Tantangan Ketenagakerjaan
Diskusi ini menghadirkan Wakil Menteri Tenaga Kerja Immanuel Ebenezer—akrab disapa Noel—sebagai pembicara utama. Dalam paparannya, Noel menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat dalam pemberantasan korupsi yang nyata dan bukan sekadar retorika.
“Banyak pihak yang selama ini tidak tersentuh hukum, kini mulai diproses. Ini adalah bukti bahwa pemerintahan Prabowo serius dalam perang terhadap korupsi,” tegas Noel di hadapan para aktivis dan akademisi yang hadir.
Meski begitu, Noel mengakui bahwa tantangan besar masih menghadang, salah satunya adalah tingginya angka pengangguran yang mencapai 7,2 juta jiwa. Ia menilai masalah tersebut perlu menjadi fokus utama pemerintah, bukan sekadar tenggelam dalam isu-isu yang tidak substansial.
Diskusi juga menyoroti persoalan ketenagakerjaan, termasuk insiden job fair di Kota Bekasi yang membludak hingga melebihi kapasitas tempat dan menimbulkan kekecewaan publik. Noel menyayangkan kurangnya kesiapan penyelenggara dan meminta evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kita tidak bisa saling menyalahkan, tapi ini menjadi koreksi penting bagi semua pihak, terutama pemerintah daerah dan perusahaan yang terlibat,” katanya.
Terkait isu diskriminasi dalam proses rekrutmen kerja—seperti batasan usia, status pernikahan, dan penampilan fisik (good looking)—Noel menegaskan bahwa Kementerian Tenaga Kerja sedang melakukan evaluasi terhadap praktik tersebut. Ia menekankan bahwa kecuali di sektor-sektor khusus seperti penerbangan atau industri kecantikan, kriteria tersebut tidak relevan dan berpotensi melanggar hak pekerja.
“Industri bukan tempat untuk mendiskriminasi. Ini bukan industri pelacuran yang butuh ‘good looking’,” ujarnya dengan nada tegas.
Diskusi yang dipandu oleh Bandot Malera (Aktivis 98 – Perbanas) ini juga menghadirkan pemantik diskusi Aznil Tan (Aktivis 98 – UMB) serta sejumlah narasumber dari berbagai universitas dan organisasi, di antaranya: Antonius Danar (Perbanas), M. Ridwan (UPN Veteran), Ahmad Nasir (Universitas Assafi’iyah), Joko Priyoski (UNAS), Ucok Sky Khadafi (UNIJA), dan Hasanuddin (Pijar Indonesia).
Para aktivis sepakat bahwa cita-cita reformasi—pemerintahan yang demokratis dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme—belum sepenuhnya terwujud. Namun demikian, mereka menegaskan komitmen untuk terus mengawal jalannya demokrasi dan memperjuangkan keadilan sosial sebagaimana semangat Reformasi 1998.(Supriyadi)