Diduga Ada Jual Beli Ruangan di RS Ainun Habibie, Aktivis Desak Investigasi Transparan
RNN.com - Kabupaten Gorontalo, 5 Mei 2025 – Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo kembali menjadi sorotan. Seorang warga berinisial EG mengeluhkan buruknya pelayanan yang diterima saat membawa ayahnya, Hamsah Gagulu, untuk menjalani pemeriksaan pascaoperasi kanker payudara.
Menurut penuturan EG kepada media pada Senin (5/5/2025), keluarganya sudah datang sejak pagi hari pada Jumat (2/5/2025), namun hingga sore ayahnya tidak kunjung mendapatkan pelayanan medis. Ia mengaku kecewa karena harus menunggu hampir seharian tanpa kejelasan.
“Bayangkan, ayah saya menunggu dari pukul 07.00 pagi sampai selesai salat Ashar, tapi tidak ada kejelasan pelayanan. Pegawai hanya mondar-mandir, seperti tidak peduli,” ungkap EG dengan nada kecewa.
Karena tak kunjung mendapatkan ruangan, keluarga EG bahkan mempertimbangkan untuk meminta rujukan ke rumah sakit lain.
“Saya bilang ke sepupu, kalau hari itu juga tidak dapat ruangan, lebih baik kami pindah ke RS Aloe Saboe,” tambahnya.
EG menyebut ayahnya harus menunggu terlalu lama di UGD meski dalam kondisi kesakitan. Ia menilai pihak rumah sakit tidak transparan terkait ketersediaan ruang rawat.
“Awalnya mereka bilang ruangan penuh, hanya ada satu kamar kelas I tapi itu untuk pasien perempuan. Tapi setelah sepupu saya yang kenal pegawai RS menelpon, tiba-tiba ruangan tersedia dan kosong. Perawat langsung datang dan bilang ‘kenapa tidak bilang dari tadi?’” ujarnya dengan heran.
Kejadian itu membuat EG menduga adanya praktik jual beli ruangan di RS Ainun Habibie. Ia menilai layanan di rumah sakit tersebut tidak layak disebut sebagai layanan rumah sakit provinsi.
“Kami curiga ada praktik permainan ruangan. Setelah ayah saya masuk, pasien-pasien lain yang datang malah mendapatkan kamar lebih dulu. Padahal mereka pasien kelas II dan III, sementara ayah saya kelas I. Ini aneh,” tegas EG.
Menanggapi laporan tersebut, sejumlah aktivis dari LSM mulai angkat suara. Iton Popa dari LSM Ampibi menilai pihak rumah sakit harus segera melakukan evaluasi internal.
“Kenapa pasien harus punya kenalan dulu baru bisa dilayani? Ini tidak bisa dibiarkan. RS harus menindaklanjuti kasus ini secara serius,” kata Iton.
Ia juga mendesak agar pihak manajemen RS melakukan penyelidikan terkait dugaan praktik jual beli ruangan yang disebutkan keluarga pasien.
“Jika terbukti ada permainan, maka pegawai yang terlibat harus diberi sanksi tegas,” tegasnya.
Senada dengan itu, Kamil Damisi dari LP-GO juga menyampaikan kritik keras terhadap pelayanan RS Ainun Habibie. Ia membandingkan pelayanan RS provinsi tersebut dengan RS Dunda yang menurutnya jauh lebih responsif meskipun hanya rumah sakit kabupaten.
“RS Ainun harus belajar dari RS Dunda. Meski bukan rumah sakit provinsi, pelayanannya jauh lebih baik. Kami akan membawa masalah ini ke Gubernur agar segera ditindaklanjuti,” tutup Kamil.
Sementara itu, pihak RS Ainun Habibie belum memberikan keterangan resmi terkait keluhan ini hingga berita ini diterbitkan.(Rey)