Alami 3 Tahun Penderitaan, Unras Forum Komunikasi Masyarakat Towara Peduli Tuntut Penghentian Tambang Nikel Di Morowali Utara

Daftar Isi

RNN.com, Morowali Forum Komunikasi Masyarakat Towara Peduli beberapa waktu lalu melakukan aksi unjuk rasa (Unras) menuntut hentikan aktivitas pertambangan nikel selama 3 (Tiga) tahun terakhir dan kerusakan lingkungan di Morowali Utara, di depan Kantor Bupati Morowali Utara, Jumat 6 September 2024.


Pasalnya, selama ini dampak aktivitas pertambangan tersebut mengakibatkan kerusakan lingkungan, seperti banjir, tercemarnya sumber air bersih masyarakat hingga polusi udara akibat aktifitas PLTU Batubara.


Pada 6 September 2024 lalu, Desa Towara, Desa Bungintimbe dan Desa Molino di Kecamatan Petasia Timur Morowali Utara mengalami banjir parah, yang membuat rumah warga terendam setinggi seperdua meter, akibatnya air yang mengalir ke masyarakat berwarna kecokelatan.


“Banjir tidak pernah separah itu, dulu ada banjir tapi hanya di sungai saja tidak pernah sampai meluap ke pemukiman dan jalan serta menganggu air bersih. Sejak tambang mulai beroperasi menggusur tanah dan membongkar hutan, banjir bercampur lumpur mulai terjadi”, ungkap Arif Selaku koordinator aksi.


Arif menambahkan, saat ini kerusakan sumber air masyarakat tak kunjung diperbaiki oleh pemerintah setempat yang membuat masyarakat sulit mendapatkan air bersih hingga masyarakat harus mengeluarkan biaya demi mendapatkan air.


“Masyarakat kesulitan mencari air bersih terutama perempuan yang setiap hari mencuci dan memasak. Bagi yang memiliki uang terpaksa harus membeli air dengan harga Rp 80.000/1000 liter hanya di pakai selama tiga hari untuk mencuci, mandi, dan memasak. Selain itu, untuk minum, beli air galon dengan harga Rp 10.000. Warga yang tidak memiliki uang terpaksa harus mencari air bersih ke desa tetangga dengan jarak tempuh 3 sampai 4 KM”, kata Arif.


Selain itu, Wandi Juru Kampanye WALHI Sulawesi Tengah menilai banjir dan tercemarnya air bersih warga diakibatkan oleh aktivitas pertambangan nikel PT. Kenz Ventura dan PT. Bukit Makmur Istindo Nikeltama yang ada di hulu sungai. Dua perusahaan tersebut merupakan pemasok utama ore nikel ke PT. Bunbestur Nikel Industry di kawasan Stardust Estate Invesment (SEI).


“Berdasarakan analisis spasial WALHI Sulteng, di Kabupaten Morowali Utara terdapat 38 Izin IUP Operasi Produksi dengan luasan 69.156 ha 2020 - 2022. Terletak hampir di sepanjang landscape pengunungan Morowali Utara”, tutur Wandi.

 

Selain itu, ia menambahkan selama setahun terakhir masyarakat mengalami gangguan kesehatan diakibatkan oleh debu batubara yang dihasilkan oleh kawasan industri Stardust Estate Invesment (SEI). "warga harus menutup rumah setiap harinya untuk menghindari paparan debu, Anak-anak sekolah setiap hari harus menggunakan masker tebal. Penyakit sesak nafas batuk – batuk mulai masif di rasakan masyarakat dalam satu tahun terakhir”, katanya. 


Pada akhirnya, dalam aksinya Forum Komunikasi Masyarakat Towara Peduli menuntut beberapa hal, yakni:

 

1. Segera tangani Polusi Udara/Debu jalan holing dan PLTU;

2. Pemda Morowali Utara buka informasi perusahaan apa saja yang beroperasi di Petasia Timur;

3. Pemerintah segera memperbaiki Sumber mata air Putemata yang tercemar;

4. Evaluasi semua izin perusahaan yang beroperasi di Towara Kec Petasia Timur dan Morowali Utara ;

5. Transparansikan kewajiban lingkungan kepada masyarakat;

6. Kesehatan reproduksi perempuan terancam akibat tercemarnya sumber air karena tambang;


( Rahmat )