Umat Hindu Lombok Timur Gelar Upacara Melasti Di Desa Padak Guar, Untuk Sambut Hari Raya Nyepi 1945 Saka

Daftar Isi


RNN.com, Lombok Timur NTB
Dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi 1945 Saka, ratusan umat Hindu Se Kabupaten Lombok Timur menggelar Upacara Meslati di Dusun Transad, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Upacara Melasti kali ini dihadiri oleh Kepala Kesabangpoldagri Lombok Timur mewakili Bupati, unsur pemerintah Kecamatan Sambelia, TNI/Polri, Keoala Desa Padak Guar, Ketua PHDI Lombok Timur, serta seluruh Pedanda dari Selong. Sambelia. Sajang dan Sembalun, Senin (20/03/2023).

Ketua panitia, I Made Budi Arsana mengatakan, upacara pemelastian ini merupakan rangkaian acara dalam rangka menyambut Hari Raya nyepi Tahun 1945 saka. Berkat dukungan dari pemerintah Desa Padak Guar dan partisipasi masyarakat (umat Hindu) sehingga upacara Melasti ini bisa terlaksana, dan Mudah-mudahan acara seperti ini bisa kita laksanakan dan lanjutkan setiap tahunnya sesuai dengan apa yang kita inginkan, dalam hal ini pemerintah Kabupaten Lombok Timur yang telah membantu baik moril maupun materil sehingga acara Melasti ini berjalan dengan lancar.

Dalam Acara tersebut, Ketua PHDI Lombok Timur, I.Wayan Parwadi, S.Pd mengungkapkan rasa syukur dan bahagia acara ini bisa dilaksanakan setelan tahun 2019 lalu terhambat karena pandemi, ia juga menyampaikan, di Lombok Timur, ada empat kantong umat Hindu tersebut, pura-pura besar pun ada disana, Kemudian tema yang diangkat pada upacara Melasti Tahun 1945 saka ini adalah, ‘meningkatan pemahaman dan aktualisasi Tri Hita Karana Catur Barata penyepian serta modernisasi beragama untuk mewujudkan umat Hindu yang modereat menuju Indonesia maju.

Menurut Parwadi tema itu dianggap cukup berat, tapi itu harus mereka angkat dan aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, Pelaksanaan upacara Melasti ini merupakan kegiatan pensucian alam semesta dan pensucian alam diri, dimana nanti dalam tahun saka benar-benar dalam keadaan suci dan bersih, selanjutnya makna dari Tri Hita adalah tiga hubungan harmonis yakni Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia dan Manusia dengan Alam, Sementara catur Barata penyepian berarti dua hari lagi (Rabu) akan melaksanakan penyepian dengan 4 (empat) Barata atau penekanan diri melaksanakan Amatigeni yakni tidak menyalakan lampu, tidak melakukan masak memasak dalam arti membunuh api dalam tubuh.

Kemudian terkait Amati Karya yaitu, tidak melakukan aktivitas dalam 24 jam. Selama waktu 24 jam itu, mereka merenungkan apa yang akan dilakukan pada tahun berikutnya yang baik agar diteruskan. Diwujudkan dalam unsur-unsur tubuh dikembalikan dalam unsur kedewataan, Sedangkan untuk Amati Lelungan, tidak bepergian selama 24 jam tetap berada di rumah tidak melakukan aktivitas diluar rumah apalagi berbau hiburan untuk kesenangan diri. Waktu itu harus benar-benar sepi selama 24 jam sehingga sampai pada tanggal 1 saka bulan ke 10 pada kalender Sasih.(win)
Tak-berjudul81-20250220065525
dr-H-Syarif-Hidayatulloh-Sp-B-FICS-AIFO-K-DIRUT-RSUD-LOMBOK-TIMUR-20250219-201701-0000-1